Membangun akhlaq anak ibarat menanam sebatang pohon. Pada awalnya kecil lalu tumbuh makin tinggi
USAI mengisi sebuah acara, seorang penulis buku mendapat pesan singkat (SMS) dari salah seorang peserta. “Bu, seharusnya buku ibu terbit 18 tahun lalu ketika kami baru menikah. Sekarang kami kebingungan mendidik ketiga anak kami sudah berangkat remaja.”
Masih terbayang di pelupuk matanya, seorang ibu mengejarnya dan dengan mata berkaca-kaca berkata, “Ibu saya perlu bicara. Berapa saya harus bayar ibu perjam untuk konsultasi. Sepertinya saya sudah terlambat mendidik anak-anak.”
Banyak orangtua terlambat menyadari bahwa membangun akhlaq positif anak perlu dilakukan sejak dini. Tiba-tiba mereka baru menyadari anaknya sering berkata dan bersikap kasar, sulit diajak ibadah shalat, sering konflik dan lainnya. Hal lain yang juga terus meningkat adalah berbagai adiksi nonton TV, game, konten pornografi, juga narkotika.
Sahabat Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan, “Cetaklah tanah selama ia masih basah dan tanamlah kayu selama ia masih lunak.”
Ini menyiratkan bahwa proses pembentukan akhlaq perlu dilakukan sedini mungkin.
Usia dini merupakan masa yang sangat menentukan bagi keberhasilan seseorang sepanjang hayatnya karena masa membuat pola-pola pikir dan perilaku yang akan digunakan saat dewasa. Pola-pola positif tidak bisa didapatkan secara instan namun perlu proses panjang sejak usia dini. Lalu bagaimana jika anak-anak sudah berangkat remaja atau dewasa, apakah sudah terlambat mendidik mereka?
Membangun akhlaq anak ibarat menanam sebatang pohon. Pada awalnya kecil lalu tumbuh makin tinggi. Setelah pohon itu besar akan terlihat apakah pohon ini subur atau tidak. Apakah berbatang dan berakar kuat, berdaun rimbun, dan berbunga serta berbuah lebat atau tidak.
Kita tidak bisa menebang pohon yang terlanjur tidak subur lalu seketika menumbuhkan pohon baru yang subur dan berbuah. Yang harus kita lakukan adalah terus menyirami pohon yang sudah tumbuh tersebut, memberi pupuk, dan membersihkan hama-hama penyakitnya. Dengan demikian akan tumbuh batang dan cabang baru yang subur dan lebat daunnya sehingga dapat menghasilkan bunga dan buah. Artinya tetap optimis dan terus membangun hal-hal positif pada anak di usia berapa pun, akhlaq negatif jika tidak diperkuat akan berkurang dan hilang. Sedangkan akhlaq positif jika terus dibangun dan dipupuk akan terus tumbuh.
Tak pernah ada kata terlambat dalam mendidik anak. Orangtua tidak perlu berputus asa ketika melihat ada hal-hal atau kebiasaan negatif pada diri anak. Yang diperlukan adalah kerjakeras dan konsistensi.
Bulan Ramadhan adalah momentum terbaik untuk membangun akhlaq anak-anak juga diri kita sebagai teladan bagi anak. Jauh sebelum Ramadhan kita persiapkan segala sesuatunya, sosialisasikan bahwa kita akan menyambut bulan yang agung bulan perbaikan diri ke arah positif. Tahap pertama orangtua membuat pemetaan problem pada masing-masing anak. Lalu membuatkan program kegiatan baik yang bersifat pribadi maupun bersama.
Untuk menggairahkan kegiatan ibadah, orangtua bisa mengajak anak bersafari ke masjid-masjid indah yang sudah dan yang belum pernah dikunjungi. Di tempat yang nyaman dan indah, shalat, tadarus, dan berbuka akan terasa berbeda. Bertadarus dan membaca buku berkonten positif juga bisa dilakukan dengan menggelar tikar di taman berumput di samping kolam.
Banyak orangtua yang saat bulan puasa mengutamakan pada melatih anak menahan nafsu makan dan minum. Agar anak tidak terfokus pada rasa lapar dan haus justru diberikan perangkat game sehingga waktu berpuasa menjadi tidak terasa. Justru sebaiknya jauhkan anak dari hal-hal yang membuat akan makin adiksi, seperti perangkat game.
Jika selama sebulan kita mengkondisikan dan memfokuskan diri serta keluarga mengendalikan berbagai nafsu dan menggantinya dengan serangkaian amaliah Ramadhan dengan rutin secara massal. Jika kita khusyuk dan konsisten selama sebulan penuh menjalani ibadah-ibadah wajib juga sunnah maka niscaya Allah akan mengampuni hal buruk di masa lalu.
Sebagaimana dalam hadits dikatakan dari Abu Hurairah;
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari).
Semoga bulan Ramadhan ini kita membangun akhlaq positif pada anak, tentunya pendidikan akhlaq yang melahirkan manusia bertahuid dengan adab islami.*/Ida S. Widayanti, penulis Buku Serial Parenting “Mendidik Karakter dengan Karakter”
0 comments:
Post a Comment