Thursday, June 2, 2016

5 Hakikat Islam Menurut Mohammad Natsir

Prinsipnya dalam Islam berlaku 'intellego ut credam' (saya faham supaya saya beriman) Islam, Capita Selecta, Mohammad Natsir

Muslim wajib menuntut Ilmu


MENGAPA Islam begitu mudah dan bisa menyebar ke seluruh dunia bahkan menjadi salah satu agama terbesar di muka bumi?
Mohammad Natsir dalam buknya Capita Selecta  telah menjabarkannya.
Pertama, Islam menghormati akal manusia
“Sesungguhnya dalam kejaidan langit dan bumi serta pertukaran malam dan siang ada beberapa tanda untuk mereka yang mempunyai (mempergunakan) akalnya.” (QS. Ali Imran [3]: 190).
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Mereka yang ingat akan Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan berbaring dan memikirkan tentang kejadian langti dan bumi, (berkata); “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau jadikan (semua) ini dengan sia-sia. Mahatinggi Engkau, maka lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali Imran [3]: 191).
Meminjam istilah Dr Hamid Fahmy Zarkasy dalam Ikhtitam Islamia edisi Januari 2016, prinsipnya dalam Islam berlaku ‘intellego ut credam’ (saya faham supaya saya beriman).
Hal ini sebagaimana syarat sahnya keimanan seseorang yang memang harus berakal. Maka dalam Islam, tidak terkena hukum alias belum mukallaf anak-anak yang belum sampai pada usia akil baligh.
Oleh karena itu tidak mengherankan jika ulama Islam terdahulu tidak saja mahir dalam urusan agama, tetapi juga pakar dalam berbagai bidang keilmuan. Ibn Sina misalnya, beliau sosok mufassir yang juga ahli kedokteran dan filsafat. Dengan kata lain, Islam adalah agama yang tidak bisa dipisahkan dengan keilmuan.
Bahkan, sebuah fakta sangat mengherankan terekam oleh Souck Hurgronje yang kemudian disampaikan dalam pidatonya di Universitas Leiden pada 1907.
“Dan beberapa kali telah kejadian, penduduk negeri (Indonesia) yang tengah melarikan diri, dikejar oleh pasukan kita (Belanda) meninggalkan beberapa kitab. Disini ternyatalah, bagaimana ulama-ulama itu dalam perjalan mereka mengembara melalui hutan-hutan dan rawa-rawa, tidak meninggalkan pembacaan dan penyelidikan ilmu.” (M. Natsir, Capita Selectahalaman 173).
Lantas, darimana kemudian hari ini ada sebagian dari anak bangsa yang beragama Islam begitu silau dengan Barat. Sedangkan para pendahulu kita adalah sosok tangguh yang meski di dalam hutan tak berhenti mengkaji ilmu!
Kedua, menuntut ilmu wajib hukumnya
Agama islam mewajibkan tiap-tiap pemeluknya, lelaki dan perempuan menuntut ilmu dan menghormati mereka yang mempunyai ilmu.
أُطْلُبُ الْعِلْمَ مِنَ الْمَحْدِ إِلَى اللَّهْدِ (رواه مسلم)
Artinya: “Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat.”(HR. Muslim)
Ketiga, dilarang taklid buta
Agama Islam melarang orang bertaklid buta, menerima sesuatu sebelum diperiksa, walaupun datangnya dari kalangan sebangsa dan seagama, ataupun dari ibu-bapak dan nenek moyang sekalipun.
Hal ini bisa dilihat dari bagaimana peran media memompakan misinya melalui beragam bentuk tulisan, tayangan dan program untuk mengelabui umat Islam.
Tapi, karena hakikat agama Islam memang melarang umatnya taklid buta (bodoh) maka segala upaya menjatuhkan umat Islam di Indonesia (atas rahmat Allah Ta’ala) tidak pernah bisa terjadi.
Jadi, mari kembali kepada Islam dengan semangat membangun tradisi ilmu, sehingga tidak salah kaprah. Terhadap ulama sangat kritis sementara terhadap pikiran Barat selalu membeo.
Keempat, mendorong lahirnya penemuan dan pembaharuan
Agama Islam menggembirakan pemeluknya supaya selalu berusaha mengadakan barang yang belum ada, merintis jalan yang belum ditempuh, membuat inisiatif dalam hal keduniaan yang memberi manfaat bagi masyarakat.
“Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah hendaklah dia mengamati bagaimana kedudukan Allah dalam dirinya. Sesungguhnya Allah menempatkan hambaNya dalam kedudukan sebagaimana dia menempatkan kedudukan Allah pada dirinya. (HR. Al Hakim)
 Kelima, ‘berpetualang’
Agama Islam menggemarkan pemeluknya, pergi meninggalkan kampung dan halaman, berjalan ke negeri lain, memperhubungkan silaturrahim dengan bangsa dan golongan lain, saling bertukar pengetahuan, pemandangan-pemandangan dan perasaan.
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
 “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj [22]: 46).
Demikianlah lima hakikat agama Islam menurut Mohammad Natsir dalam Capita Selecta(tepatnya tulisan Natsir di Pandji Islam pada Oktber 1938), yang jika dipahami dan diamalkan dengan benar, niscaya umat Islam akan bisa membawa bangsa ini menjadi bangsa terbaik, menjadi rujukan dunia dalam segala sisi kehidupannya, Insya Allah.*

0 comments:

Post a Comment

 

Subscribe to our Newsletter

Contact our Support

Email us: agenduttt@gmail.com

Our Team Memebers